Baskara Putra menghadirkan Menari dengan Bayangan pada hari ini (29 November 2019), album debut proyek solonya di bawah nama Hindia. Ini menjadi puncak dari tahun yang besar bagi Vokalis, pencipta lagu sekaligus produser berusia 25 tahun asal Jakarta tersebut. Setelah kian melambung bersama .Feast, Hindia mendapatkan sambutan yang luar biasa berkat sederet single yang sudah di rilis.
Menari dengan Bayangan yang dirilis oleh Sun Eater berisi lagu-lagu yang mudah menempel di telinga serta lirik yang lugas dan penuh makna. Berbanding jauh dengan lagu-lagu .Feast yang menceritakan fenomena dunia sekitar dengan meluapkan rasa kecewa dan marah, di album ini Hindia berbagai kisah dari kehidupannga. Menari dengan Bayangan pun terpicu oleh kejadian di awal tahun ini, di mana ia menghadiri konser John Mayer, salah satu musisi favorit Baskara, malah memicu breakdown yang membuatnya susah beranjak dari tempat tidur selama dua minggu. “Tiba-tiba pulang dari konser itu, gue berpikir banyak sampai enggak bisa bangun. Selama kontemplasi dalam dua minggu itu, gue mulai berpikir kayak, ‘Apa saja yang sudah gue alami di hidup ini yang mungkin bikin gue jadi kayak ini sekarang? Apa yang salah? Apa yang bisa lebih baik lagi?’ ” katanya. “Sampai gue bisa melewati dua minggu yang sangat buruk itu, gue langsung bilang ke Petra, ‘Pet, ini kayaknya album.’ ”
Setelah membuat garis besar album dan menentukan tema-temanya dalam dua minggu itu, Baskara kemudian men- cari referensi musik serta produser-produser yang bisa mewujudkan visinya. Maka terpilihlah Kareem Soenharjo untuk memegang “Evakuasi” dan “Jam Makan Siang”, Rizky Indriyadi untuk “Untuk Apa/Untuk Apa?” dan “Apapun yang Terjadi”, Adhe Arrio untuk “Secukupnya”, Ibnu Dian untuk “Membasuh”, serta Rayhan Noor untuk “Rumah ke Rumah”. Tak keting- galan juga Wisnu Ikhsantama, yang mengawal proses rekaman dari awal hingga mixing dan mastering, serta nama-nama seperti Sal Priadi, Rara Sekar, Matter Mos, Mohammed Kamga, Natasha Udu, Enrico Octaviano dan Dicky Renanda yang ikut menyumbang vokal maupun instrumen.
Ada 12 lagu yang terdapat di album ini, ada juga tiga voice note oleh perempuan-perempuan yang memiliki makna penting dalam hidup Baskara, termasuk ibunya sendiri. Ketiga skit ini berperan besar dalam memperkuat narasi yang terdapat pada Menari dengan Bayangan, di mana lagu-lagu yang sudah dirilis duluan seperti “Dehidrasi” dan “Jam Makan Siang” terasa memiliki makna yang berbeda dalam konteks narasi album. “Gue ingin semua lagu yang sudah rilis punya konteks yang berbeda pas masuk album,” kata Baskara.
Menari dengan Bayangan adalah kisah hidup lrmPhoyiBaskara yang berawal dari kondisi titik rendah dan mem- benci kehidupan, lalu kilas balik ke masa kecil dan cita-citanya, kemudian menghadapi dan mengakui kesalahan serta penyesalan seputar karier dan percintaan, sebelum akhirnya bisa ikhlas dan menerima semua itu sebagai bagian dari proses kehidupan. Ini sebuah cerita yang personal dengan berbagai detail yang spesifik mengenai Baskara Putra seorang, namun siapa pun yang mendengarnya dapat menemukan hal-hal yang juga dirasakan dan dialaminya. “Gue percaya kalau cerita pribadi punya kekuatan yang jauh lebih kuat, yang entah kenapa bisa menggerakkan orang lebih jauh dibanding wejangan umum. Karena kadang-kadang orang baru terbuka, bercerita dan merasa disembuhkan kalau dia punya kedekat- an sama orang yang mengobrol sama dia,” kata Baskara. “Jadi lo harus membuka diri dulu buat orang lain membuka diri juga, dan dalam percakapan itu akhirnya lo saling menyembuhkan. Gue merasa kalau ternyata ini fungsi gue di masyarakat. Mungkin gue harus mengorbankan privasi gue, dimensi personal gue untuk bisa bantu orang lain yang kayak gue sembuh juga.”