Dalam drama komedi baru “Fly Me to the Moon“, yang mengisahkan ketika Amerika Serikat berada di ambang kemenangan terbesar Space Race melawan Uni Soviet, pakar pemasaran dan segala siasatnya, Kelly Jones (Scarlett Johansson), ditakdirkan bertemu direktur peluncuran Apollo 11, Cole Davis (Channing Tatum). Dua kepribadian yang sangat bertentangan harus beradu – dan jika Amerika ingin berhasil ke Bulan, mereka harus memulai dengan memandang satu sama lain secara berbeda.
“Semua orang ini bekerja keras untuk melakukan hal yang mustahil; bagi Cole, yang benar-benar optimis, itu sudah cukup,” kata Scarlett Johansson, yang juga memproduseri proyek tersebut, yang pertama dengan bendera These Pictures miliknya. “Kelly yang pesimis menyadari bahwa orang lebih sinis dari itu. Dunia adalah tempat yang sangat rumit. Jadi, keengganan Cole dipenuhi dengan tekadnya untuk melakukan apa pun yang diperlukan. Kelly sangat mementingkan tujuan yang menghalalkan cara, sedangkan bagi Cole, cara itu penting. Dan di situlah letak konfliknya.”
Film ini bertumpu pada chemistry antara Johansson dan Tatum. Dan, ini berhasil! Interaksi mereka yang mengingatkan pada komedi romantis klasik masa lalu menambah pesona dan greget pada film ini. Chemistry di antara mereka terasa autentik, namun konflik di antara mereka terkesan agak dipaksakan.
Sebagai peran pendukung, Jim Rash berperan sebagai Lance Vespertine, sutradara komersial flamboyan yang dituduh membuat film pendaratan palsu di bulan. Awalnya, karakter tersebut terlihat seperti karikatur dua dimensi, namun seiring berjalannya cerita, ia menjadi salah satu karakter film yang paling menarik. Evolusinya membuat penonton tetap terlibat di akhir film ketika cerita mulai berlarut-larut. Film ini mungkin berdurasi 30 menit lebih lama dari yang seharusnya.
“Fly Me to The Moon” juga menampilkan cuplikan berita arsip yang dijalin ke dalam film menambah bobot sejarah yang terkandung. Ini merupakan penghormatan dan pengingat akan pentingnya era tersebut. Secara keseluruhan, sutradara Greg Berlanti mampu menghadirkan film ini sebagai hiburan yang menyenangkan. Premisnya, sudut pandang baru tentang Apollo 11, yaitu dari segi komunikasi massa dan pemasarannya. Satu hal cerdas yang membuat film ini berbeda dari film-film lainnya yang menagngkat peristiwa bersejarah ini.
Namun, Johansson adalah daya tarik utama di sini. Intinya: “Fly Me to the Moon” melayang karena karisma Johansson, meski tidak mencapai ketinggian bulan. Ini adalah sesuatu yang sudah lama tidak kita lihat: komedi romantis yang cerdas. Ini adalah film kencan yang layak untuk ditonton meskipun kamu tidak punya teman kencan.
Jaz Menyanyikan Lagu Legendaris untuk Film “Fly Me to The Moon”
Dalam rangka perilisan dan promosi film terbaru dari Sony Pictures berjudul “Fly Me to the Moon” yang akan tayang pada 2 Agustus, penyanyi kelahiran Brunei Darussalam, Jaz, dipilih untuk menyanyikan ulang lagu legendaris karya Bart Howard bertajuk sama, “Fly Me to the Moon”. Lagu ini menjadi bagian penting dalam karier bermusik Jaz yang sangat ia syukuri.
“Aku merasa terhormat karena mendapat kesempatan untuk menyanyikan ulang salah satu lagu klasik yang sudah berkali-kali dilantunkan oleh berbagai penyanyi. Terima kasih kepada Sony Pictures karena sudah memilih aku langsung untuk menyanyikan lagu ini,” ungkap Jaz.
Lagu “Fly Me to the Moon” pertama kali diciptakan oleh Bart Howard pada tahun 1954 dengan judul awal “In Other Words”. Lagu ini telah diinterpretasikan oleh berbagai artis, namun versi yang paling terkenal adalah milik Frank Sinatra yang dirilis pada tahun 1964 dalam album “It Might as Well Be Swing”. Menurut Howard, pada saat versi Sinatra dirilis, lagu ini telah memiliki lebih dari 100 versi oleh berbagai penyanyi.
Meskipun dikenal sebagai penyanyi pop, Jaz berusaha mengusung aransemen jazz dalam versi terbaru “Fly Me to the Moon” ini, disesuaikan dengan gaya dan karakteristik uniknya.
“Aku belum pernah menyanyikan lagu bergenre jazz murni dan aransemen lagu ini pun dibuat menyesuaikan dengan ciri khas dan sentuhan yang dimiliki seorang Jaz. Jadi, untuk para penggemar Jaz yang selama ini sudah terbiasa mendengar Jaz bernyanyi genre pop, tidak akan kaget saat mendengar ‘Fly Me to the Moon (From Fly Me to the Moon Movie)’ yang cenderung ke arah jazz,” jelasnya.
Proses perekaman lagu ini berlangsung cepat, hanya membutuhkan waktu dua minggu termasuk pembuatan video musik. Jaz mengungkapkan rasa syukurnya karena banyak pihak yang membantu sehingga proses berjalan lancar tanpa hambatan yang berarti. Meski begitu, Jaz tak menampik adanya rasa keraguan saat harus menyanyikan lagu yang begitu legendaris ini.
“Jujur, ada rasa takut saat harus menyanyikan ‘Fly Me to the Moon (From Fly Me to the Moon Movie)’ karena memberikan nyawa di lagu ini cukup sulit mengingat ada banyak sekali versi di luar sana oleh penyanyi berbeda. Tapi, karena sudah diberi kepercayaan oleh pihak Sony Pictures, maka aku akan menyanyikan versiku dengan sebaik-baiknya. Semoga hasilnya tidak mengecewakan,” tuturnya.
Single terbaru Jaz, “Fly Me to the Moon (From Fly Me to the Moon Movie)”, telah dirilis dan bisa didengar di Berisik Radio serta seluruh platform musik digital mulai 29 Juli 2024.