Disutradarai oleh Isaac Florentine, “Hounds of War” berkisah tentang sekelompok tentara bayaran – termasuk protagonis Ryder (Frank Grillo) – yang dikirim ke dalam sebuah misi jebakan. Ryder adalah satu-satunya yang selamat dan memutuskan untuk membalaskan dendam timnya.
Alur cerita film ini dibuat sederhana. Diawali di masa kini, film pun dengan cepat kilas balik ke 6 bulan sebelumnya, ketika Ryder dan tim tentara bayaran yang dipimpinnya, atas perintah Kolonel Hart (Robert Patrick) yang mewakili pemerintah Amerika Serikat, menjalankan misi untuk menghabisi seseorang yang diangap musuh negara. Alih-alih sukses, Ryder cukup beruntung dapat melarikan diri. Ryder pun lalu memiliki satu tujuan dalam hidupnya, balas dendam.
“Hounds of War” cukup standar sebagai sebuah film laga yang menampilkan adegan baku hantam, tembak dan kejar-kejaran kendaraan dalam kecepatan tinggi. Ceritanya yang sederhana membuat film ini tak sulit untuk diikuti dan dapat dinikmati tanpa berpikir keras.
Film yang mengambil lokasi di Malta, sebuah negara pulau di Laut Mediterania, sebelah Selatan benua Eropa. Sinematografi film “Hounds of War” banyak mengungkap lokas-lokasi menarik di negara itu, termasuk lorong-lorong bawah tanah yang dahulu digunakan untuk berperang melawan Jerman.
Secara umum, film ini biasa-biasa saja. Akting para pemerannya pun tidak ada yang menonjol. Cukup dinikmati sambil mengudap berondong jagung, terutama untuk penikmat film laga.