Kisah film “Subservience” mengikuti perjuangan seorang pria, Nick (Michele Morrone), yang harus berjuang demi keluarganya. Istri Nick, Maggie (Madeline Zima) sakit dan membutuhkan transplantasi jantung. Sibuk dengan pekerjaan konstruksi, Nick membeli robot untuk membantu merawat rumah dan keluarganya. Putri Nick, Isla (Matilda Firth), kemudian memberi nama robot tersebut Alice (Megan Fox). Tak disangka, Alice mampu memiliki perasaan layaknya manusia dan berubah menjadi senjata mematikan.
Kemampuan Alice dalam menyelami emosi manusia ternyata menjadi awal bencana bagi keluarga Nick. Interaksi seksual yang mencolok pun perlahan berkembang antara Nick dan Alice. Namun, tidak seperti film-film seperti “Fatal Attraction” atau “Body Double”, “Subservience” tidak pernah memperkuat akar sadomasokis periferal yang sangat jelas-jelas diminta oleh premisnya. Hanya adegan panas yang terkadang terasa hampa.
Sutradara S.K. Dale dikenal lewat karya debutnya “Till Death“. Di film “Subservience”, arahan Dale yang tegas dan sensasi konsep yang modern sangat cocok dengan kehadiran bintang Megan Fox yang alami dan mampu mempermainkan emosi penonton. Setelah terpuruk dalam beberapa tahun terakhir, Fox diberi kesempatan untuk kembali menunjukkan penampilan sebagai robot yang sekilas mengingatkan pada kebangkitan Skynet di film “The Terminator”.Film ini juga memiliki subplot menarik tentang teman-teman Nick yang khawatir robot akan mengambil alih pekerjaan mereka. Subplot ini cukup tepat waktu karena dunia yang kita tinggali saat ini memiliki ketakutan yang sama dengan munculnya kecerdasan buatan (AI) dan melonjaknya PHK. Sebuah masalah nyata yang juga harus kita hadapi saat ini.
Meskipun premisnya mungkin bukan terobosan dalam genre thriller fiksi ilmiah, “Subservience” menghadirkan beberapa jumpscare yang dieksekusi dengan baik dan rasa ketegangan yang terus meningkat. Namun, tempo filmnya menjadi masalah. Kadang-kadang, ceritanya berlarut-larut, terutama di babak terakhir, di mana film terasa seolah-olah sedang mencapai kesimpulan. Meskipun demikian, “Subservience” berhasil mempertahankan tingkat hiburan yang membuat pemirsa tetap terlibat, meskipun durasi film terkadang bertentangan.