Gaya Technical Death Metal kian fenomenal di skena metal ekstrim internasional sejak Necrophagist merilis album pamungkasnya, Epitaph (2006, Relapse). Album band Jerman tersebut dicap oleh kalangan kritikus dan fans sebagai biang keladi utama berkembang biaknya band-band sejenis. Selain para seniornya seperti Death, Suffocation dan Cryptopsy, gerombolan Spawn of Possession dan Decrepit Birth juga turut andil memengaruhi trend ‘Tech-Death’.
Band Tech-Death yang paling populer di skena musik cadas Indonesia tentu saja DeadSquad sejak melesat via album debut “Horror Vision” (2009, Rottrevore). Meskipun faktanya Tech-Death lebih dahulu eksis di Kediri, Jawa Timur oleh Killharmonic sejak terbentuk pada 1997. Dari rahim kota yang sama lahir pula Demented Heart pada pertengahan 2006 dengan formasi trio, yakni Avan (vokal/gitar), Ary (bass), dan Billy (drum). Pada 2009, Demented Heart merekam demo 8 lagu yang kemudian berhasil memikat hati Rottrevore Records, Jakarta.
Selanjutnya Billy keluar untuk fokus di band utamanya, Killharmonic. Bersama drumer penggantinya, Zain, Demented Heart merekam ulang 8 lagu mereka untuk album debut “Seeds of the Venomous” yang dirilis di bawah bendera Rottrevore Records pada Maret 2010. Di album yang menuai sukses ini pun menyisipkan bonus lagu cover Judas Priest, ‘Painkiller’. Metalhead Nusantara kembali tercengang oleh Tech-Death yang super nampol setelah setahun lalu dihajar DeadSquad “Horror Vision”. Musikalitas “Seeds of the Venomous” sangat digemari dan menjadi magnet fans baru karena menampilkan keseimbangan antara brutalitas, teknikalitas dan memorabilitas. “Sama seperti DeadSquad, Demented Heart nggak hanya main ngebut dan brutal dengan aransemen njelimet. Tapi juga tampil harmonis dengan menonjolkan riff dan beat yang memorable,” ungkap Bemz, editor Crushing, fanzine metal di era itu.
“Seeds of the Venomous” berhasil melambungkan nama Demented Heart yang membuat jadwal show mereka padat. Namun pada 2012, Ary keluar dari band karena urusan pekerjaannya dan digantikan Bima dari Sidoarjo. Begitu juga Zain yang saat itu sibuk dengan bandnya yang lain, Detested. Walhasil, band merekrut Vega sebagai drumer non-permanen untuk keperluan show. Untungnya setahun kemudian, Zain kembali ke Demented Heart dan mereka merekrut bassis baru, Erig. Pada Desember 2014, Demented Heart merilis mini album “Different Infinite Equations” melalui Sickness Production, Jakarta.
Di masa pandemi Covid-19, Demented Heart merombak formasinya menjadi Avan (vokal/gitar), Raka (gitar), Fransisko (bass), dan Humam (drum). Mereka menulis materi baru dan merekam demo 4 lagu. Pada Januari 2022, mini album “Different Infinite Equations” dirilis ulang oleh Brutal Mind, Jakarta dengan bonus 1 lagu baru, ‘Incitement to Violence’. Lagu ini juga termuat di album baru mendatang. Video musiknya pun dirilis di kanal YouTube Brutal Mind.
Perilisan ulang mini album dan lagu baru tersebut menjadi panggilan peringatan kepada seluruh fans Demented Heart bahwa jawara Tech-Death Kediri ini telah kembali menggila. Mereka pun telah merampungkan rekaman album barunya yang bertajuk “Frantic Epidemic” dan siap diluncurkan oleh Brutal Mind pada 31 Mei 2023. Sang frontman band, Avan mendeskripsikan materi album baru tersebut: “Album ini lebih padat dari segi riff maupun drumnya. Lebih simple dan catchy dibandingkan album sebelumnya. Tapi album ini lebih maksimal dari segi pengerjaannya karena dikerjakan di studio sendiri dengan memakan waktu yang lebih lama dibandingkan album sebelumnya”.
Setelah didahului oleh single ‘Incitement to Violence’, Mereka pun telah merilis single ke-dua dari album ini yang bertajuk ‘Abnormal Funeral’.