George Miller kembali lagi dengan “Furiosa: A Mad Max Saga“, petualangan aksi baru yang mengungkap asal-usul karakter hebat dari film yang sukses secara global dan memenangkan Piala Oscar “Mad Max: Fury Road.” Film fitur baru dari Warner Bros. Pictures diproduksi oleh Miller dan mitra lamanya, produser nominasi Oscar Doug Mitchell (“Mad Max: Fury Road,” “Babe”), di bawah bendera Kennedy Miller Mitchell yang berbasis di Australia.
Saat dunia runtuh, Furiosa kecil diculik dari tempat tinggalnya, Green Place of many Mothers, dan jatuh ke tangan kawanan geng motor besar yang dipimpin oleh Warlord Dementus (Chris Hemsworth). Ketika menelusuri Wasteland, mereka menemukan benteng yang dipimpin oleh Immortan Joe. Saat kedua tiran saling berebut dominasi, Furiosa harus bertahan dari banyak cobaan saat dia menyusun cara untuk menemukan jalan pulang. Alyla Browne memerankan Furiosa kecil, sementara Anya Taylor-Joy berperan sebagai Furiosa remaja.
Film ini merupakan bagian penting dari saga Mad Max, tidak hanya menyempurnakan – dalam lebih dari satu cara – kisah latar salah satu karakter utama Fury Road, tetapi juga memperluas seluruh mitologi Mad Max. Ada karakter-karakter baru yang bengis, dengan nama-nama seperti Scrotus, The People Eater, dan Rictus Erectus, lokasi-lokasi baru yang sangat diimpikan, dan tentu saja kendaraan-kendaraan baru yang dahsyat. Desain produksi Furiosa memang gila-gilaan.
Furiosa yang memiliki waktu tayang 2 jam 28 menit, menceritakan sebuah kisah dalam kurun waktu 15 tahun dan terbagi dalam beberapa bab. Namun sungguh, waktu yang dihabiskan dalam bioskop terasa berlalu cepat. Seperti biasa, sutradara George Miller sungguh piawai dalam membangun ketegangan demi ketegangan dengan adegan-adegan kejar-kejaran berkecepatan tinggi dan peperangan di padang pasir.
Adegan perang antar dua penguasa di Wasteland begitu memukau lewat pengambilan gambar dengan berbagai sudut kamera, termasuk dari angkasa. Sinematografi Furiosa memang memanjakan mata. Film ini secara teknis sangat sukses, sebuah upaya tim sejati yang menyatukan bakat-bakat tata suara, desain, penyuntingan, rambut dan tata rias, sinematografer, sutradara serta ratusan stunt. Entah bagaimana Miller mengelola protokol kesehatan dan keselamatan.