Jakarta International Documentary & Experimental Film Festival 2018 akan dihelat pada 8 Agustus – 16 Agustus 2018. Perhelatan yang berlangsung selama sembilan hari akan mengambil lokasi di tiga tempat di Jakarta: GoetheHaus (Goethe-Institut Jakarta), Kineforum, dan Galeri Cipta III – Taman Ismail Marzuki. ARKIPEL digagas oleh Forum Lenteng untuk membaca fenomena global dalam konteks sosial, politik, ekonomi, dan budaya melalui sinema.
ARKIPEL 2018 mengangkat tema “homoludens”; Era digital memungkinkan performativitas baru bagi tubuh, karena akses data yang dimediasi software dapat diduplikasi dari materi aslinya. Mengakses data saat ini merupakan pengalaman konstruktif akan piranti, ketimbang pengalaman dunia riil. Ia bukan dokumen statis (yang telah ditentukan sebelumnya), melainkan suatu keluaran dari komputasi real time yang dinamis. Praktik semacam “klik”, “sentuh”, dan “geser”, serta upaya “mengkolase”, “copy-paste”, “delete”, hingga “fotografi selfie”, ialah pengalaman “tindakan” ketimbang produksi, bersifat ephemeral ‘serba sebentar’ dan multipliable ‘siap tergandakan’. Orientasi “tindakan” ini mengembalikan watak ludic ‘bermain-main’ manusia karena didukung oleh kondisi objek tindakan yang spasial dan tak berlokasi secara fisik. Bukan lagi tentang di sini atau di sana, melainkan serentak di sini dan di sana yang sesungguhnya telah lepas dari konteks dan universalitas teknologisnya.
Namun demikian, periode digital tidak hanya soal kebangkitan baru dari keterampilan terhadap alat, misalnya kepiawaian atas software, tetapi juga menarik fungsi tubuh kembali pada sesuatu yang purba, yakni menjadi “performatif” dan “spontan”, bukan hanya dalam hal mengakses data intangible ‘tak dapat disentuh’, tapi juga tanding sosial dan kultural yang tak akan lepas dari pengandaian-pengandaian fisik dan psikologis. “Digital” sebagai sebuah pengalaman spasial dan permainan atas medium dan piranti, layaknya kerangka ludic mengkritisi kultur homo faber yang selalu berujung pada produksi dan rasionalitas. Homoludens menemukan momentumnya pada masa ini, sehingga sinema bukan lagi perihal kebenaran atau ketidakbenaran. Totalitas spasial dalam penggunaan piranti-piranti digital mampu menciptakan dunia yang dapat dibayangkannya sendiri. Kembalinya hasrat “bertindak” merupakan tanggapan atas permainan representasi, bukan representasi itu sendiri. Tapi bagi sinema, “permainan” tentunya layak diimajinasikan lewat kemungkinan-kemungkinan yang cakupannya bahkan dapat melampaui aparatus digital itu.
Jakarta International Documentary & Experimental Film Festival 2018 terdiri atas tujuh program utama. Diantaranya Kompetisi Internasional, Kuratorial homoludens, Candrawala, Pameran Kultursinema, Presentasi Khusus, Penayangan Khusus, dan Forum Festival. Secara keseluruhan akan ada 72 filem dokumenter dan eksperimental dari 19 negara yang akan ditayangkan. Semua acara di ARKIPEL gratis dan terbuka untuk umum.
[divider]PROGRAM ARKIPEL 2018[/divider]
Kompetisi Internasional
Program Kompetisi Internasional telah memilih 21 filem dari 14 negara sebagai peserta dari total 1.400 lebih filem terdaftar dari 80 negara. Anggota Dewan Juri Kompetisi Internasional ARKIPEL adalah Azar Mahmoudian (kurator dan pendidik asal Iran), Dave Lumenta (Antropolog dan musisi asal Indonesia), Ronny Agustinus (pendiri Marjin Kiri), dan Hafiz Rancajale (Seniman dan kurator, sekaligus pendiri Forum Lenteng dan Direktur Artistik ARKIPEL). Filem-filem akan terbagi ke dalam 8 slot pemutaran.
Program Kuratorial homoludens
Program ini terdiri dari 4 program dari 4 kurator yang hadir. Azar Mahmoudian asal Iran melalui program bertajuk “Of Conspiration and Resuscitation”. Sonal Jain asal India melalui program bertajuk “Pratyaksha”. Merv Espina asal Philippines melalui program bertajuk “Focus On Kidlat Tahimik”. Manshur Zikri asal Indonesia melalui program bertajuk “British Experimental Film –Mendiferensiasi Lanskap ke dalam Polemik Bentuk sebagai Siasat Fetisisme Naratif”.
Candrawala
Program Candrawala – Sebuah Arena Eksperimentasi dikuratori oleh Anggraeni Widhiasih dan Dhuha Ramadhani, Candrawala akan menayangkan 6 filem Indonesia dengan membaca fenomena visual terkini dari produksi gambar bergerak di konteks lokal Indonesia. Membincangkan bagaimana situasi di era digital membuka peluang untuk bereksperimentasi dalam sinema.
Pameran Kultursinema
Pameran Kultursinema #5 dikuratori oleh Mahardika Yudha dengan judul “Gelora Purnaraga”. Gelora Purnaraga merupakan pameran yang mencoba membaca rekaman-rekaman filemis dari sejarah penyelenggaraan pesta olahraga terbesar di Asia; Asian Games (1962) dan Pesta Olahraga Negara-Negara Berkembang—GANEFO (Games of the New Emerging Forces) tahun 1963, sebagai sebuah peristiwa kebudayaan. Pameran Kultursinema sebelumnya telah dilaksanakan pada penyelenggaraan ARKIPEL 2014-2017. Pameran Kultursinema akan diselenggarakan di Galeri Cipta III – Taman Ismail Marzuki mulai tanggal 8 s.d. 15 Agustus 2018.
Program Presentasi Khusus
3 Program Presentasi Khusus bekerjasama dengan: sixpackfilm (Austria) dengan program “Austrian Experiments” yang dikurasi oleh Gerald Weber. Lauren Howes dari Canadian Filmmakers Distribution Centre (CFMDC), sebuah distributor film non-komersial asal Kanada,akan mempresentasikan filem-filem eksperimental Kanada dengan kuratorial “Canadian Experimental Cinema”. Dan Takashi Makino, seniman asal Jepang yang mempresentasikan tiga filem hasil garapannya melalui kuratorial bertajuk “Film Performance”.
Program Penayangan Khusus
Program Penayangan Khusus akan mempersembahkan: Penayangan filem Golden Memories (2018). Ada pula “Pengantar Program Penayangan Khusus Harun Farocki: Kolase Representasi” , penayangan 4 filem garapan Harun Farocki. Dan “Milisifilem sebagai Inkubator” penayangan proyek filem oleh Milisifilem yang didukung oleh Pusbang Film Kemdikbud RI. Dalam rangka ARKIPEL homoludens – 6th International Documentary and Experimental Film Festival, tahun 2018, kelima proyek filem Milisifilem untuk kali pertama akan dipresentasikan ke publik.
Forum Festival ARKIPEL
Program Forum Festival terdiri dari 5 Panel yang diselenggarakan pada 8-9 Agustus 2018 di GoetheHaus, Goethe-Institut Jakarta. Panel 1. Ludic dan Performativitas, Panel 2. Kritisisme Filem dan Lembaga Perfileman, Panel 3. Pendidikan Filem Sekarang dan Masa Mendatang, Panel 4. Melampaui Kolaborasi: Antara Berkarya Secara Kolektif dan Individu, Panel 5. Peran Komunitas dalam Menentukan Bahasa Sinema Kita.
Malam Pembuka dan Malam Penghargaan ARKIPEL 2018
Malam Pembukaan Festival ARKIPEL akan dimulai pukul 19.00 pada 9 Agustus 2018, di GoetheHaus dengan penayangan 4 filem: “Songs of Fortune” (Veronika Burger, Austria, 9 menit, 2015), “La Buona Novella (Good Tidings)” (Sebastiano Luca Insinga, Italy, 15 menit, 2018), “The Night Between Ali and I” (Nadia Hotait & Laila Hotait, Spanyol, 10 menit, 2016), dan “Sub Terrae” (Nayra Sanz Fuentes, Spanyol, 8 menit, 2017). Juga Piano Resital yang akan disajikan oleh Dendang Belantara.
Malam Penghargaan ARKIPEL akan menutup rangkaian festival pada 16 Agustus 2018 pukul 19.00di GoetheHaus, dengan penampilan dari Performing Out of Limbo (hasil kolaborasi antara para pengungsi/pencari suaka etnis Oromo dari Ethiopia dengan mahasiswa dan akademisi dari Departemen Antropologi Universitas Indonesia serta musisi lokal). (PR)
Discussion about this post