Tepat pukul 15.00 WIB di Institut français Indonésie (IFI) Bandung, tempat konser ini terselenggara, dibuka oleh all female band asal Sidoarjo, Jawa Timur, Drizzly. Mereka juga membawakan lagu Mocca berjudul “I Would Never“. Hal ini menjadi penanda keinginan Mocca untuk memberi ruang, merangkul, dan memberikan perhatiannya kepada musisi muda dalam perjalanan musik mereka.
Arina Menyapa dengan hangat ke seluruh penonton, melambaikan tangannya ke sisi kiri, kanan, dan tengah sambil bernyanyi lagu “Bandung“. Sebuah lagu yang hanya dimainkan saat mereka tampil di kota kembang. Menandakan dimulainya konser “Homecoming Mocca 25Th Anniversary”. Koor tercipta sejak awal konser. Dilanjut dengan lagu “My Only One“.
Kali ini, Riko, Toma, Indra, dan Arina tidak membuka banyak kapasitas penonton. Sekitar 350 penonton hadir. Mocca ingin menyajikan sebuah pertunjukkan yang mengantarkan perjalanan bermusik mereka selama 25 tahun, dimulai kembali di kota asal mereka, Bandung. Disajikan dengan hangat, dalam takaran yang tepat, mulai dari jumlah penonton, tata suara dan cahaya, hingga set list yang dimainkan.
“Kami tidak menyangka band ini masih berjalan selama 25 tahun. Hari ini kami sangat bahagia bisa berkumpul sama sahabat-sahabat yang sudah datang,” ungkap Arina usai membawakan “Friend“.
Kemudian “Twist Me Around” yang menjadi lagu paling banyak diminta via akun media sosial Arina berkumandang. Usai lagu “Imaginary Girlfriend” Arina menyapa kawan-kawan lama yang menua bersama Mocca. Bi Leni, jadi salah satu kawan mereka yang paling sepuh bersama Mocca dan almarhum Marine Rhamdani.
Suasana kekeluargaan yang makin intens terasa. Lagu “This Conversation” berduet dadakan bersama keponakan Arina, Mika namanya. Lalu ada juga Ramdan Agustiana, bassist dari Burgerkill turut bermain gitar di lagu “You and Me Against The World“. Ramdan pernah menjadi teknisi gitar Riko di waktu Mocca yang lampau.
Tensi menurun di pertengahan konser. Arina hanya ditemani piano dalam nomor “Somewhere In My Dreamline“. Namun tak berlangsung lama, tensi itu mulai dinaikkan. Arina memainkan gitar di lagu “There’s A Light At The End of The Tunnel” dan “All The Way“.
Medley lagu anak pun turut dibawakan. Dari lagu “Becak“, “Naik Kereta Api“, “Layang-Layang“, “Kapal Api“, “Pergi Belajar“, “Pelangi-Pelangi” dan “Menanam Jagung“. Mereka berhasil mengaransemen dengan ritmis dan melodi baik, membuat penonton ikut bergoyang sepanjang medley sambil beriring koor tentunya. Lalu goyang kanan kiri seakan melayang menemani lagi “On The Night Like This” .
Menua Bersama
“Hajatan hari ini adalah untuk memperkenalkan lagu baru kami judulnya ‘Menua Bersama‘ selama 25 tahun,” ujar Arina sebelum memulai lagu. “Menua Bersama” tidak hanya dialami oleh Mocca saja, selama 25 tahun berkarya Mocca juga tetap terkoneksi dengan teman-teman musisi dan Mocca Friends (sebutan fans Mocca). Banyak lagu-lagu Mocca yang menjadi soundtrack perjalanan hidup para Mocca Friends dan bahkan menginspirasi musisi-musisi muda yang lahir setelah era Mocca.
Mocca menggaet Lafa Pratomo sebagai produser untuk meracik resep dari sketsa lagu yang sudah ditulis oleh Riko. Lafa mulai menginterpretasi lagu yang akan dirilis dalam waktu dekat ini dengan perspektifnya tanpa menghilangkan warna musik Mocca yang khas. Aransemen musik yang lebih matang dan kedalaman lirik merefleksikan perjalanan panjang dan pertumbuhan bermusik mereka.
Lagu ini merupakan single pertama dari EP Mocca yang akan datang, “Life in Bloom“, yang dijadwalkan akan dirilis pada April 2025 via My Diary Records.
Konser yang dimulai sejak sore selama tak kurang dari 3 jam hingga langit menggelap sukses ditutup dengan sangat hangat lewat lagu “Farewell and Goodnight“. Kejutan dari Drizzly dan Mocca Friends juga hadir dengan penuh haru dan suka cita.
Mocca pun memberi kejutan lain. Mereka memberikan encore sebanyak 3 lagu. “I Remember“, “Happy“, dan “Life Keeps on Turning“, dimana Manda Drizzly ikut berduet bersama Arina dalam pada dua lagu terakhir.
Konser ini menjadi saksi bertumbuh dan menua bersama teman sejati Mocca. Tak hanya personel dan lagunya. Tapi bagi para pendengarnya juga. Seperempat abad tentu banyak yang terjadi sambil teriring lagu-lagu Mocca.