Disutradarai oleh Paul Agusta, “Pernikahan Arwah (The Butterfly House)” menghadirkan cerita dengan latar belakang budaya Tionghoa dan tradisi pernikahan arwah. Paul mengungkapkan, “Dengan pendekatan terhadap budaya dan tradisi Tionghoa di Indonesia yang tidak banyak diangkat ke layar lebar, kami berharap film ini dapat memberikan pengalaman horor yang baru dan berkesan bagi penontonnya.”
“Pernikahan Arwah (The Butterfly House)” dibintangi oleh Morgan Oey dan Zulfa Maharani, bersama dengan Jourdy Pranata, Brigitta Cynthia, Puty Sjahrul, Ama Gerald, Alam Jaelani, Verdi Solaiman, dan Bonita. Film yang skenarionya ditulis oleh Aldo Swastia bersama Ario Sasongko ini menceritakan kisah pasangan berbeda ras, seorang pria Tionghoa-Indonesia dan seorang wanita pribumi, yang mengadakan pemotretan pra nikah bersama teman-teman mereka di rumah leluhur calon mempelai pria. Kehidupan pasangan ini terancam saat mereka bertemu dengan roh leluhur dalam wujud pengantin Tionghoa Indonesia yang menyimpan kisah tragis dari masa lalu.
“Sesuai dengan visi dan misi kami, Entelekey Media Indonesia memproduksi film ini dengan keyakinan kuat terhadap kisah yang diangkat. Kami percaya bahwa latar belakang budaya dan sejarah yang melebur secara alami dalam cerita dapat menciptakan pengalaman yang otentik tanpa terasa dipaksakan. Dengan sentuhan khas Paul Agusta dan kolaborasi erat dengan Relate Films, kami yakin film ini akan cukup berkesan bagi penonton,” tutur Aldo Swatia, penulis sekaligus Chief Creative Officer (CCO) Entelekey Media Indonesia.
Morgan Oey, salah satu pemeran utama dalam film ini, menambahkan, “Saya sangat antusias terlibat dalam film ini. Selain latar belakang tradisi Tionghoa yang diangkat dalam cerita ini, karakter yang saya perankan juga sangat menarik.”
SINOPSIS
Sepasang calon suami istri, Salim dan Tasya, memutuskan untuk memindahkan proses foto pra nikah mereka ke rumah keluarga Salim setelah bibi Salim, satu-satunya keluarga sedarah Salim, baru saja meninggal dunia. Selain harus mengurus pemakaman bibinya, Salim ternyata harus melanjutkan ritual keluarganya untuk membakar dupa setiap hari di sebuah altar yang misterius atau nyawanya akan terancam. Kehadiran mereka dan tim foto pra nikah di rumah itu membuat arwah leluhur Salim yang meninggal di masa pendudukan Jepang muncul dan meneror mereka. Tasya tergerak untuk menguak misteri masa lalu dari keluarga Salim untuk bisa menenangkan arwah tersebut, sekaligus membebaskan calon suaminya dari kewajibannya agar mereka bisa pergi dari rumah itu.